Network
PR TASIKMALAYA - Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Resonansi Schumann atau detak jantung Bumi dapat bertindak sebagai termometer untuk mengukur suhu global.
Kilatan petir diciptakan oleh peningkatan suhu dan akibatnya meningkatkan Resonansi Schumann.
Resonansi Schumann dapat terjadi ketika frekuensi yang meningkat sejalan dengan kemajuan perubahan iklim.
Satu studi mengungkapkan bahwa, karena peningkatan emisi karbon, Resonansi Schumann dan perbedaan antara musim menjadi semakin jelas.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Lihat Ular atau Apel? Ketahui Apakah Kamu Orang Inovatif
Ini bisa memperdalam dampak resonansi pada kesehatan manusia sementara efek perubahan iklim terus berlanjut, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Your Tango.
Resonansi Schumann juga berperan pada stres dan kecemasan yang dihasilkan oleh tekanan darah.
Jadi ada kemungkinan bahwa detak jantung Bumi yang menguat meningkatkan tingkat kecemasan global.
Mengingat bahwa resonansi ini memang memiliki hubungan dengan sistem saraf kita.
Baca Juga: Dunia Balap Berduka, Pembalap Superbikes Victor Steeman Tewas Usai Kecelakaan
kilatan cahaya juga bisa mempermainkan bagaimana tubuh kita memproses dan menghasilkan emosi.
Ketika sistem saraf dirangsang secara berlebihan, perasaan takut dan cemas yang meningkat dapat dihasilkan.
Oleh karena itu, ketika Resonansi Schumann menjadi lebih kuat dan lebih berdampak, aktivitas emosional ini juga bisa.
Selain itu, ada ilmu orde baru yang meyakini bahwa hubungan antara Bumi dan manusia ini dapat berjalan dua arah.
Adanya peningkatan stres dan kecemasan global yang tiba-tiba dan drastis disebabkan oleh krisis internasional.
Seperti halnya pandemi Covid-19, ternyata juga dapat mengubah detak jantung Bumi.***
