Tahun 1960an Hans Eysenck yang merupakan psikolog asal Jerman melakukan penelitian terkait dengan gelombang otak yang menunjukkan apakah seseorang itu tergolong introvert atau ekstrovert.
Berdasarkan hasil penelitiannya, orang ekstrovert memiliki gairah energi yang lebih besar jika dibandingkan dengan mereka yang introvert.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, ekstrovert membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk merasakan kesenangan serta menghindari kebosanan.
Introvert sebaliknya, dia justru cenderung merasa terganggu dengan stimulasi yang berlebihan.
Lantas apakah dapat disimpulkan bahwa introvert dan ekstrovert merupakan kepribadian bawaan dari lahir?
Untuk menjawab hal tersebut, ada penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa ada pengaruh sosial lainnya yang memengaruhi seseorang menjadi introvert atau ekstrovert.
Penelitian tersebut mengaitkan bagaimana pola asuh yang diterapkan pada akhirnya akan membentuk kepribadian seseorang.
Orang yang ekstrovert umumnya menerima pengasuhan dengan kelekatan (attachment) aman dengan ibunya (pengasuh utama).