Menurut Duong Hai-Minh proses pengolahan eco-aerogel sederhana, lebih murah dan tidak menghasilkan limbah sekunder.
Baca Juga: Viral Kue Pukis ala KFC, Berikut Resep Mudah untuk Dibuat di Rumah
Hemat Biaya
Pembuatan lembaran aerogel seluas satu meter persegi dengan tebal satu sentimeter membutuhkan biaya kurang dari S$10 (Rp. 109.205).
Ketika sudah mencapai pasar, selembar aerogel dengan ukuran seperti itu dapat dijual antara S$ 30 (Rp. 327.582) dan S$50 (Rp. 545.809).
Proses pembuatan eco-aerogel oleh tim NUS, yang saat ini memakan waktu sekira 12 jam, juga 18 kali lebih cepat daripada metode konvensional yang digunakan untuk memproduksi aerogel komersial.
Baca Juga: Bongkar Kebobrokan Pertamina, Ahok Dinilai Buka Aib Sendiri
Saat ini, tim beranggotakan sembilan orang itu telah mengajukan hak paten untuk produksi eco-aerogel yang terbuat dari serat daun nanas.
Mereka berencana untuk bekerja sama dengan mitra industri guna meningkatkan dan mengkomersilkan teknologi itu.
Tim Teknik Mesin dari NUS itu kini tengah mencari jalan yang efisien untuk memulihkan logam berat dari eco-aerogel setelah penyerapan selama pengolahan air limbah.
Baca Juga: Kasus Orangtua Bunuh Anak Kandung, KPAI Ingatkan Soal Hukuman Penjara