Ia juga menjelaskan bahwa pada tanggal 7 Oktober 2020, jumlah terpantau di Kalteng sebanyak 241 dengan titik terbanyak di Kabupaten Seruyan dengan 107 hotspot.
Selanjutnya, mengalami penurunan empat hari kemudian tepatnya di pukul 16.00 WIB menjadi 79 titik panas dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Kapuas sekitar 37 hotspot.
“Untuk Kalimantan Tengah pada umumnya saat ini memasuki transisi, perubahan dari musim kemarau ke penghujan. Jika ditanya kenapa musim kemarau tahun ini lebih basah karena kita ada yang namanya fenomena La Nina,” kata Anton.
Ia menjelaskan, fenomena La Nina merupakan perubahan suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik yang mengakibatkan Indonesia mengalami penambahan curah hujan.
Baca Juga: Penemu Teori Lelang Format Baru Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2020
Sementara itu, pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kota Palangka Raya yang tergabung di dalam Satgas Karhutla Kalimantan Tengah terus berkoordinasi dengan pihak BMKG dalam hal pemantauan sejumlah titik panas mengarah pada karhutla dalam upaya pencegahan, meskipun ini masa peralihan menuju musim hujan.
Sejauh ini, Kepala BPBD Palangka Raya Emi Abriyani, mengakui bahwa bedasarkan hasil pengecekan pihaknya, apabila terdapat hotspot, satgas selalu melakukan penelusuran langsung dan tidak ditemukan karhutla.
“Memang kita melakukan pemantauan saat ini menggunakan Satelit Aqua Terra. Kita juga kerjasama dengan pihak aparat dan kecamatan untuk memantau keadaan lahan di kelurahan masing-masing,” ungkap Emi.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, 13 Oktober 2020: Pagi Hari akan Cerah Berawan