Hasil Studi Balitbangtan: Ada 50 Tanaman Indonesia Berpotensi Jadi Antivirus, dari Pala hingga Lada

- 27 Juni 2020, 19:17 WIB
ILUSTRASI penelitian.
ILUSTRASI penelitian. /ANTARA

PR TASIKMALAYA - Sedikitnya terdapat 50 jenis tanaman herbal di Indonesia yang jika diteliti lebih lanjut berpotensi menjadi antivirus.

Hal tersebut terungkap berdasarkan hasil studi yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Balitbangtan Kementan, Evi Savitri Iriani mengatakan, Indonesia memiliki keragaman biodiversitas yang sangat tinggi, dengan menempati posisi ketiga di dunia dan ada sekitar 30 ribu tanaman yang sudah diidentifikasi.

Baca Juga: Buka Kembali, Begini Kondisi Kebun Binatang Bandung di Hari Pertama Layani Pengunjung

Dari hasil studi literatur dan empiris, tambahnya, sekitar 10 ribu tanaman berpotensi sebagai sumber pengobatan serta beberapa tanaman memiliki kemampuan antivirus dan peningkat imunitas.

"Pada saat awal pandemi Covid-19, Balittro sudah mengidentifikasi dari berbagai sumber, publikasi dan empiris. Kami melihat ada sekitar 50 tanaman yang memiliki potensi dilihat dari bahan aktif yang dikandungnya serta potensi untuk pengembangannya," kata Evi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 27 Juni 2020, dilansir Antara.

Menurut dia, kriteria untuk pengembangan tanaman tersebut adalah cocok ditanam di Indonesia, dapat meningkatkan kesejahteraan petani, kemudahan untuk mengakses bahan baku, serta tingkat efektivitas terhadap virus atau penyakit lain.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Aliran Komunis dan Gerakan PKI Bangkit Lewat PDIP?

Tanaman tersebut dibagi dalam dua jenis yaitu tanaman yang mengandung flavanoid/alkaloid dan essential oil.

"Untuk tanaman yang mengandung flavanoid biasanya digunakan metode ekstraksi, sementara untuk yang mengandung aroma terapi kita menggunakan metode distilasi," ujarnya.

Tahapan pemanfaatan herbal sebagai antivirus, lanjutnya, membutuhkan waktu yang sangat panjang mulai dari studi literatur/empiris, isolasi bahan aktif, studi bioinformatika, uji in vitro, uji in vivo, uji praklinis, hingga uji klinis tahap 1 hingga tahap 4.

Baca Juga: Anggap Dirinya Terlalu Cuek, Reza SMASH Buka Suara Soal Alasan Perceraian dari Fabiola

Secara umum, suatu tanaman herbal dianggap memiliki kemampuan sebagai antivirus dilakukan melalui banyak mekanisme di antaranya menghambat sintesis RNA dan bereaksi dengan membran virus, merusak sebagian envelop virus, menghambat replikasi dan anti-hemaglutinasi, serta menghambat penetrasi virus pada sel melalui modulasi struktur permukaan virus.

"Selain itu, memiliki kemampuan untuk memproduksi antibodi yang nantinya bertugas untuk membunuh virus yang masuk ke dalam sel," ujarnya.

Evi menerangkan Balittro telah memiliki beberapa kandidat tanaman rempah dan obat yang berpotensi untuk pandemi Covid-19, di antaranya pala, lada, cengkeh, kayu manis, kapulaga, kunyit, temulawak, sambiloto, dan meniran.

Baca Juga: Ikan Berwarna Biru Langit Ditemukan di Jepang, Disebut Sebagai Turunan Avatar

Selain itu juga atsiri yang berasal dari tanaman serai wangi, eucalyptus, kayu putih, rosemary, dan peppermint.

Atsiri lebih banyak berasal dari jenis cajuput yaitu Melaleuca cajuput (M leucadendra). Cajuput dikenal sebagai pengobatan turun temurun untuk mengurangi masuk angin, perut kembung, flu, gigitan serangga serta memberi rasa hangat pada tubuh.

Sebagaimana eucalyptus, cajuput juga memiliki kemampuan antivirus dan antimikroba karena memiliki kandungan cineol 1,8 bervariasi antara 40-70 persen.

Baca Juga: Buka Kembali, Begini Kondisi Kebun Binatang Bandung di Hari Pertama Layani Pengunjung

Sementara itu, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufri menyatakan pihaknya terus mendorong beberapa unit pelaksana teknis (UPT) yang ada di Balitbangtan untuk terus mencoba mencari potensi dari sekian banyak pangan lokal dan obat herbal yang bisa memberikan solusi-solusi untuk menekan perkembangan COVID-19.

Balitbangtan melalui Balittro, Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), serta Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) telah mengembangkan prototipe produk antivirus berbasis eucalyptus yang diluncurkan pada awal Mei 2020 dan telah dilakukan kerja sama dengan PT Eagle Indo Pharma untuk komersialisasi produk tersebut.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x