Kisah Yusuf WNI dari Tiongkok, Dibatasi Bersosialisasi hingga Krisis Makanan

- 16 Februari 2020, 14:46 WIB
Warga Negara Indonesia (WNI) peserta observasi virus corona tiba di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).*
Warga Negara Indonesia (WNI) peserta observasi virus corona tiba di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).* /BNPB via ANTARA/



PIKIRAN RAKYAT - Virus corona menimbulkan banyak cerita perjuangan didalamnya, pasalnya virus yang ditetapkan WHO sebagai darurat kesehatan Internasional ini masih menginfeksi banyak warga Tiongkok hingga hari ini.

Seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reteurs, hingga Minggu 16 Februari 2020 jumlah korban meninggal mencapai 1.600 orang dari 6.500 orang yang dikabarkan telah terinfeksi.

Kali ini kisah perjuangan datang dari WNI yang terisolasi selama dua pekan di Wuhan Tiongkok, laki-laki bernama Yusuf Azhar yang berusia 21 tahun.

Baca Juga: Dukung Atlet Indonesia Jelang Olimpiade Tokyo dengan Kisahnya, Susy Susanti: Dulu Tidak Ada yang Mau Tukeran Pin dengan Indonesia

"Waktu Wuhan 'lockdown' atau terisolasi, kami sebenarnya was-was. Meski jasmani sehat, tapi rohani kami ingin segera balik ke Tanah Air," katanya usai tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu 15 Februari 2020.

Diketahui Yusuf merupakan mahasiswa semester satu jurusan Sastra Mandarin di Wuhan University itu sempat terisolasi di asrama atau dikenal dengan nama dorminotory di Kota Wuhan selama dua pekan sejak pertengahan Januari 2020.

Bukan hanya terisolasi selama dua pekan. Yusuf juga merasakan kebijakan otoritas setempat yang membatasi interaksi penghuni asrama dengan warga Wuhan.

Baca Juga: Peduli Pasien Virus Corona, Komunitas Muslim Beijing Berhasil Menghimpun Dana Rp 1,7 Miliar untuk Tiongkok

"Yang tidak boleh, kami keluar sangat jauh dari 'dormitory' , kecuali untuk beli makanan dan keperluan sehari-hari, itu pun maksimal jaraknya 500 meter," kata Yusuf.

Tak hanya dibatasi untuk bersosialisasi, Yusuf yang merupakan Warga Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu juga mengalami krisis makanan selama berada di asrama.

"Kalau kami berkeinginan makan dengan jarak yang jauh seperti ke restoran, kami lebih disarankan untuk membeli bahan mentah dan memasak sendiri. Walaupun saat itu sedang krisis makanan," kata Yusuf.

Ia juga diwajibkan menggunakan masker jenis N95 selama 24 jam yang difasilitasi oleh pemerintah Wuhan.

Baca Juga: Hadiri Jakarta Internasional BMX, Menpora Zainudin Amali: Target Akhir Kita adalah Olimpiade

"Enggak betah juga karena setiap hari, kami selalu harus mengenakan masker. Setiap mandi ganti dan selama di Wuhan kami selalu dibekali masker satu boks," kata Yusuf.

Namun apapun keadaan yang diterima Yusuf, ia tetap mengucapkan terimakasih kepada pihak pemerintah Wuhan dan Indonesia yang telah bekerja keras dalam memberikan perhatian terhadap antisipasi wabah.

"Terima kasih juga buat pemerintah atas partisipasinya kepada siswa-siswi yang ada di Wuhan. Juga pemerintah Wuhan yang sudah sangat proaktif menangani wabah Corona ini," katanya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x