PR TASIKMALAYA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyiapkan tiga alternatif strategi untuk mendukung penyediaan obat dan vaksin untuk mengobati cacar monyet di Indonesia.
Strategi pertama untuk mendapat obat dan vaksin cacar monyet adalah menerapkan skema akses yang diperluas untuk uji klinis di mana subjek dipantau dan respons imunnya diukur.
Namun, untuk obat dan vaksin cacar monyet yang masih dalam penelitian, izinnya akan diberikan melalui Special Access Scheme (SAS).
Uji klinis akan dilakukan oleh industri farmasi di Indonesia untuk menguji khasiat, keamanan, dan kualitas vaksin dan obat cacar monyet tersebut.
Sementara itu, strategi kedua adalah menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA), izin yang sama yang mengizinkan penggunaan vaksin Covid-19.
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA, kepala BPOM memberikan komentar.
“Bisa segera diterbitkan dalam waktu 20 hari kerja sesuai dengan hasil evaluasi berbagai negara yang telah memberikan izin,” ungkapnya.
Ia menambahkan, syarat utama penerbitan EUA adalah harus ada keadaan darurat resmi dari pemerintah negara.
Baca Juga: Alasan Ini yang Membuat Drakor Big Mouth Jadi Salah Satu Tayangan Terpopuler
Beberapa vaksin cacar monyet yang dapat dipercepat melalui EUA di Indonesia antara lain vaksin Jynneos/Imvanex/Imvamune yang telah disetujui di beberapa negara.
Strategi ketiga juga melibatkan SAS. Namun, dengan strategi ini, SAS akan dimanfaatkan untuk memberikan izin vaksin dan obat-obatan yang telah disetujui di beberapa negara dalam jumlah terbatas dan yang penggunaannya dikendalikan oleh program kesehatan.
Dalam pertemuan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginformasikan bahwa pemerintah telah memesan dua ribu dosis vaksin cacar monyet yang diproduksi oleh Bavarian Nordic yang berbasis di Denmark untuk melindungi masyarakat dari infeksi.
“Dibantu KBRI Denmark, kami telah memesan dua ribu dosis vaksin dari Bavarian Nordic,” katanya.***