Tidak Punya Sentra Petani, Tasikmalaya Kebingungan Cari Pemasok Bawang Putih Saat Impor Tiongkok Dihentikan

- 13 Februari 2020, 18:14 WIB
KADISPERINDAG Kota Tasik Firmansyah.*
KADISPERINDAG Kota Tasik Firmansyah.* /Pikiran Rakyat/ Asep MS/

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Kota Tasikmalaya mengaku kebingungan guna mencari pasokan bawang putih pasca dihentikannya impor komoditi itu dari Tiongkok karena virus Corona.
 
Pasalnya hampir 90 persen bawang putih yang beredar di pasar-pasar Tasikmalaya selama ini berasal dari Tiongkok.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya Muhammad Firmansyah, Kamis 13 Februari 2020.
 
 
Firman Mengatakan, di Kota Tasikmalaya sendiri  tidak memiliki sentra petani bawang putih.
Di mana seama ini 10 persen pasokan komiditi bawang putih lokalnya didatangkan dari Garut, Cianjur dan Sukabumi.

"Memang selama ini bawang putih yang ada di Tasikmalaya 90 persen impor. Nah, 10 persennya dari produk lokal yang didatangkan dari Cikajang Garut, Sukabumi dan Cianjur. Kita bingung sekarang cari pasokan karena impor dihentikan dan di kita tak punya petani sentra bawang putih," jelas Firman.

Penghentian impor bawang putih dari Tiongkok diakui Firman, berdampak kepada harga komiditi bawang putih yang dipasaran terus merangkak naik.

Namun begitu lanjut Firman, pihaknya terus mencari sumber penghasil bawang putih di daerah-daerah lainnya di Indonesia agar bisa memasok kebutuhan bawang putih di Kota Tasikmalaya guna menekan terus naiknya harga komiditi itu yang kini sudah sangat memberatkan masyarakat di Tasikmalaya.
 
Baca Juga: Sukses di Korea dan Internasional, Simak Alasan Mengapa Orang-orang Menjadi Gila terhadap K-Pop

"Dengan penghentian impor bawang putih dari Tiongkok dampak dari virus corona ini kita memang kesulitan. Kami terus berupaya mencari sumber bawang putih lokal untuk bisa dioptimalkan," tambahnya.

Selain itu lanjut Firman, pihaknya bersama instansi terkaitnya terus mendorong petani lokal Tasikmalaya untuk membudidayakan bawang putih di lahan pertaniannya.

Pihaknya pun akan mewaspadai para spekulan yang tidak bertanggung jawab menimbun komoditi bawang putih saat situasi sulit seperti sekarang ini.

"Tentu kita sudah siaga dan mewaspadai para spekulan bawang putih yang menimbun, tapi sampai sekarang belum di Kota Tasik belum ada temuan penimbunan. Kita fokus dulu mendatangkan bawang putih lokal ke Tasik," kata Firman.
 

Diberitakan sebelumnya, harga komoditi bawang putih di Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, mengalami kenaikan signifikan hampir 100 persen akibat penghentian impor dari Tiongkok imbas merebaknya virus Corona.
 

Mulanya harga bawang putih di pasar tradisional hanya Rp 25 ribu per kilogramnya sampai sepekan terakhir mengalami kenaikan drastis menjadi Rp 50 ribu per kilogramnya.

Salah seorang pedagang sayur di Blok B 1 Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Ny.Rina (43) mengatakan, harga bawang putih naik sejak sepekan terakhir sampai dua kali lipat.
 
"Sejak isu virus corona merebak, harga bawang putih naik sampai 100 persen," jelas Rina.
 
Baca Juga: Ceu Popong Sebut Sampai Kiamat pun Jawa Barat Tak Akan Juara Lahir Batin jika Tidak Satu Persepsi

Menurutnya, sejauh ini bawang putih yang masuk ke pasaran termasuk Pasar Cikurubuk, kebanyakan berasal dari Tiongkok.
 
Sehingga sejak virus corona merebak, harga bawang putih naik, akibat pasokan bawang putih dari Tiongkok dihentikan pemerintah.

"Kata bandar, impornya dihentikan. Ini sulit bagi kami. Selain modal harus besar, pembeli pun kurang karena harganya mahal," tambahnya.*** 

Editor: Rahmi Nurlatifah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x