PIKIRAN RAKYAT - Pada tahun 1822 terjadi letusan Gunung Galunggung terbesar yang menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar.
Kejadian tersebut menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung.
Namun, di balik fakta letusan Gunung Galunggung yang memakan korban jiwa serta kerusakan dimana-mana, lahar yang keluar dari perut gunung tersebut kini mengendap.
Baca Juga: Situs Lingga Yoni, Sejarah Tentang Kesuburan di Tasikmalaya
Endapan lahar panas yang berubah menjadi magma tersebut, terbentuk menjadi gumpalan-gumpalan seperti batu elok yang bergelombang.
Magma yang telah mengendap tersebut, disebut warga sekitar adalah Batu Mahpar, atau dengan kata lain terhampar.
Batu Mahpar tersebut terletak di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya.
Baca Juga: Mudahkan Pekerjaan, Kenali Gowesan Milik Petani Kampung Sarimukti Tasikmalaya
Dalam penelusuran Pikiran-Rakyat.com, hamparan batuan magma dengan aliran air yang cukup jernih yang melintasi kelokan bebatuan.