Pembicaraan tersebut justru baru dilakukan setelah lahan mereka dipakai. "Mereka (pihak perusahaan) menawarkan sewa lahan seharga Rp 50 ribu per meter untuk setahun.
Kami keberatan karena lahannya tidak bisa digarap lagi setelah ini. Kami minta jual saja, satu juta rupiah per meternya," ungkap Iwan seperti ditulis wartawan "PR", Hilmi Abdul Halim.
Dampak dari hal tersebut dirinya kehilangan mata pencaharian, semua warga pemilik lahan tersebut merasa menderita.
Bahkan mereka mengaku tidak memiliki pemasukan tetap yang layak seperti dulu.
Sampai ada kejadian salah seorang anak mereka terpaksa putus sekolah dari kelas 2 SMA Negeri 1 Plered.
Baca Juga: Pasar Murah Bawang Putih di Cimahi, Warga Langsung Serbu Truk yang Baru Datang
"Anak saya yang bungsu berhenti sekolah karena saya tidak punya biaya. Apalagi saya menjanda setelah suami meninggal dunia," kata orang tua anak tersebut, Siti Khodijah (60).
Biasanya, ia mendapatkan penghasilan dari panen padi di lahan seluas 1.600 meter yang kini terdampak proyek KCIC.
Menurut perhitungan warga, jumlah keluarga yang bergantung pada persawahan tersebut mencapai lebih dari 20 kepala keluarga.