PR TASIKMALAYA - Belakangan ini Indonesia diramaikan dengan sejumlah keluhan dari masyarakat yang diluapkan melalui seni mural.
Sejumlah mural yang digambar oleh beberapa orang atau kelompok tersebut menuai beragam reaksi, termasuk dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Namun, tanggapan Kang Emil, sapaan dari Ridwan Kamil soal mural tersebut menuai komentar oleh netizen.
Menanggapi maraknya gambar mural yang beredar di media sosial, Kang Emil menyebutkan bahwa hal tersebut harus dilakukan dialog untuk melakukan batasan.
"Kita ini harus berdialog, dalam merumuskan “batas”. Batasan mana yang boleh dan pantas, mana yang tidak boleh dan tidak pantas," ungkap Kang Emil dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Facebook resmi Ridwan Kamil pada 1 September 2021.
Menurut Kang Emil, harus adanya pemahaman mengenai kritikan dengan hinaan atau buli.
Baca Juga: Kesal dengan Petisi dan Boikot, Ayu Ting Ting: Gua Nggak Pernah Ngusik Hidup Orang
Banyaknya mural yang beredar menurut Kang Emil sifatnya hanya sementara atau temporer.
Menanggapi banyaknya mural yang dihapus, Kang Emil meminta kepada pelaku mural jangan baper dan harus memahami situasi.
"Pelaku mural juga harus paham dan jangan baper, karena karyanya suatu hari akan hilang. Apalagi tanpa ijin pemilik tembok. Bisa pudar tersapu hujan, dihapus aparat ataupun hilang ditimpa pemural lainnya. Mari berdialog." ungkapnya.
Terkait dengan pandangan Kang Emil yang memilih untuk berdialog untuk memberikan kritikan, netizen malah menyoroti di kolom komentar.
Tidak sedikit netizen yang mengkritik mengenai pendapat Kang Emil yang lebih memilih untuk berdialog.
"Harus bagaimana lagi rakyat bisa menyuarakan suara nya kepada pemerintah Kang Emil? Sedangkan pemerintah selalu menutup mata nya kepada rakyat nya?," tulis Muhammad Amrulloh di kolom komentar.
Pendapat sama dengan Muhammad Amrulloh juga diungkapkan salah satu netizen.
"Berdialog gimana lagi ? Mau komplain kemana lagi. Wong semua pejabat tutup mata & telinga. Apa pejabat tuli & buta saat mereka sudah menjabat pak?," ungkap Cahyo Nur Rohmat.
Bahkan ada juga netizen yang mengaitkan mural dengan Pemilihan Umum yang akan digelar 2024.
"Mari berdialog? Apa ada ruang atau tempat untuk bisa mendengar aspirasi? Ya ketika keluh kesah tak didengar, mural adalah jalan terbaiknya. Bukan baliho kampanye 2024 yang udah mulai tersebar dimana-mana," komentar Irvan Samuelz Galingging.
"Lebih elegan berdialog dengan tembok.tak bersuara tapi merasuk maknanya," ungkap Ugonx.***