PR TASIKMALAYA - Senin, 28 September 2020 pertempuran antara Azerbaijan
dan daerah pegunungan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh meningkat tajam dan menelan korban jiwa sedikitnya 55 orang dalam dua hari bentrokan sengit tersebut.
Kedua belah pihak saling menghantam dengan roket dan artileri. Bentrokan ini dianggap menjadi yang paling sengit sejak terjadinya konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun dalam lebih dari seperempat abad.
Arayik Harutyunyan, pemimpin Nagorno-Karabakh, dalam sebuah kesempatan
menyatakan bahwa itu adalah perang 'hidup dan mati'.
Baca Juga: Alami Kebingungan di Tengah Lockdown Australia, Perenag Asal Indonesia ini Memilih Berlatih di Laut
Setiap langkah untuk perang habis-habisan dapat menyeret kekuatan regional utama Rusia dan Turki.
Moskow memiliki aliansi pertahanan dengan Armenia, yang memberikan dukungan vital ke daerah tersebut dan merupakan jalur kehidupannya ke dunia luar, sementara Ankara mendukung kerabat etnis Turki di Azerbaijan.
Olesya Vartanyan, analis senior wilayah Kaukasus Selatan di Crisis Group memberikan keterangan.
“Kami belum pernah melihat yang seperti ini sejak gencatan senjata pada tahun 1990-an. Pertempuran terjadi di semua bagian garis depan,” ujarnya.
Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat