Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menyusut 6,8% pada kuartal pertama, kontraksi pertama sejak setidaknya 1992, diperkirakan akan turun lebih banyak pada kuartal saat ini.
Hal itu dikarenakan gangguan pasokan kereta api, perdagangan internasional dan volatilitas di pasar komoditas serta penurunan konsumsi domestik, investasi, dan ekspor.
Alih-alih pertumbuhan PDB, Kiqeang mengumumkan target lain termasuk peningkatan 3,5% dalam inflasi, lebih dari 9 juta pekerjaan perkotaan baru dan tingkat pengangguran perkotaan terdaftar sekitar 5,5%.
Beijing juga akan bertujuan untuk peningkatan pendapatan pribadi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, dan penghapusan kemiskinan di antara semua penduduk pedesaan.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah PDIP Usulkan Tutup Seluruh Pesantren di Indonesia pada Pemerintah?
Sebelum pandemi, Tiongkok diperkirakan akan melaporkan target pertumbuhan 6%, yang akan menempatkannya pada jalur untuk memenuhi janjinya.
Keqiang tidak mengatakan apakah angka pertumbuhan itu masih menjadi target tetapi mengatakan, bahwa negara itu pada tahun lalu meletakkan fondasi penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan membangun masyarakat yang cukup makmur dalam segala hal.
Ia melaporkan rasio defisit terhadap PDB tahun ini diproyeksikan melebihi 3,6%, dan defisit meningkat sebesar 1 triliun yuan lebih dari tahun lalu.
"Pemerintah di semua tingkatan harus benar-benar mengencangkan ikat pinggang mereka," katanya.***