PR TASIKMALAYA - Insiden terbaru mengenai pelecehan melibatkan sekolah di Medan, menghidupkan kembali seruan untuk meningkatkan perlindungan bagi anak dari pelecehan seksual oleh oknum pemimpin agama.
Insidsen penganiayaan yang terjadi di Medan, Sumatera Utara menyoroti perlunya sekolah dan pemerintah daerah di Indonesia untuk lebih melindungi siswanya, terutama bila pelakunya adalah pemimpin agama.
Di sebuah sekolah di Medan, ada 6 siswa perempuan yang pada bulan lalu menuduh bahwa kepala sekolah lembaga tersebut yang juga seorang pendeta Protestan, telah melakukan pelecehan seksual kepada mereka.
Baca Juga: Sering Picu Kecelakaan, PT KAI Larang Masyarakat Ngabuburit di Jalur Rel dengan Ancaman Denda
Ibu dari salah satu korban mengatakan bahwa putrinya yang berusia 13 tahun telah dibawa ke hotel sebanyak 4 kali sejak usia 11 tahun, di mana ia mendapatkan pelecehan seksual.
"Putri saya mengatakan bahwa kepala sekolahnya memberi tahu staf lain bahwa ia akan membawanya berlatih karate diluar halaman sekolah," ujar korban yang tidak dapat disebutkan namanya.
"Ketika sampai di hotel, dia melepaskan pakauannya dan menutup matanya serta memkasanya untuk memberikan seks oral," sambungnya.
Baca Juga: Apresiasi KASA Tasikmalaya, Pengasuh Panti Asuhan Taman Harapan: Datang dengan Niat Mulia
"Ketika ia mencoba untuk melawan, ia menarik kepalanya untuk memaksa melanjutkannya," pungkasnya dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Aljazeera.
Korban melaporkan kepada polisi atas perilaku tersangka di awal bulan ini.