PR TASIKMALAYA - Pasukan keamanan Myanmar melancarkan tembakan ke arah masyarakat yang tengah berkumpul dalam upacara pemakaman seorang korban penembakan di hari Sabtu, 27 Maret 2021.
Hari Sabtu kemarin, telah menjadi hari protes paling berdarah sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021 dan menewaskan 114 warga.
Korban yang dikebumikan dalam upacara pemakaman tersebut diketahui bernama Thae Maung Maung, seorang mahasiswa berusia 20 tahun.
Baca Juga: Gandeng Rudy Salim dan Dony Oksaria, Raffi Ahmad Beli Klub Liga 2 Cilegon United FC?
Tetapi, tidak ada laporan terkait korban dalam penembakan di pemakaman Kota Bago, Myanmar, yang terjadi hari ini, Minggu, 28 Maret 2021.
Aye, seorang wanita yang menghadiri pemakaman, mengungkapkan kesaksiannya dalam kejadian penembakan tersebut.
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan datang dan menembaki kami," kata Aye dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.
Tetapi, tidak ada laporan terkait korban dalam penembakan di pemakaman Kota Bago, Myanmar, yang terjadi hari ini, Minggu, 28 Maret 2021.
Aye, seorang wanita yang menghadiri pemakaman, mengungkapkan kesaksiannya dalam kejadian penembakan tersebut.
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan datang dan menembaki kami," kata Aye dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.
Baca Juga: Minta Publik Kawal Dugaan Korupsi di Jakarta, Ferdinand Hutahaean: Jangan Teralihkan Penahanan RJ Lino
"Orang-orang, termasuk kami, lari saat mereka melepaskan tembakan," lanjutnya.
Selepas terjadinya penembakan di hari Sabtu, tidak ada laporan protes skala besar yang muncul di Yangon atau Mandalay.
Kedua kota tersebut menjadi kota dengan korban terbanyak dalam insiden di hari Sabtu, sehingga upacara pemakaman dilakukan di banyak tempat.
"Orang-orang, termasuk kami, lari saat mereka melepaskan tembakan," lanjutnya.
Selepas terjadinya penembakan di hari Sabtu, tidak ada laporan protes skala besar yang muncul di Yangon atau Mandalay.
Kedua kota tersebut menjadi kota dengan korban terbanyak dalam insiden di hari Sabtu, sehingga upacara pemakaman dilakukan di banyak tempat.
Baca Juga: Kutuk Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral, PSM Makassar: Jangan Sebarkan Video Ketakutan
Korban tewas dalam penembakan pada tanggal 27 Maret itu juga menyertakan enam orang anak dalam rentang usia 10 hingga 16 tahun.
Korban tewas pada hari Sabtu itu terdiri dari 40 orang di Kota Mandalay dan setidaknya 27 orang di Yangon.
Dengan pertambahan korban ini, jumlah warga sipil yang dilaporkan tewas secara keseluruhan kini telah lebih dari 440 korban.
Korban tewas dalam penembakan pada tanggal 27 Maret itu juga menyertakan enam orang anak dalam rentang usia 10 hingga 16 tahun.
Korban tewas pada hari Sabtu itu terdiri dari 40 orang di Kota Mandalay dan setidaknya 27 orang di Yangon.
Dengan pertambahan korban ini, jumlah warga sipil yang dilaporkan tewas secara keseluruhan kini telah lebih dari 440 korban.
Baca Juga: Kutuk Teror Bom Gereja di Katedral Makassar, Puan Maharani: Bukti Kelompok Teroris Masih Ada
Negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa mengutuk keras kekerasan tersebut.
Tom Andrews, pelapor Khusus PBB mengatakan sudah waktunya bagi dunia untuk mengambil tindakan.
Tindakan tersebut bisa dilakukan, bila tidak melalui Dewan Keamanan PBB, maka dapat melalui pertemuan puncak darurat internasional.
Negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa mengutuk keras kekerasan tersebut.
Tom Andrews, pelapor Khusus PBB mengatakan sudah waktunya bagi dunia untuk mengambil tindakan.
Tindakan tersebut bisa dilakukan, bila tidak melalui Dewan Keamanan PBB, maka dapat melalui pertemuan puncak darurat internasional.
Baca Juga: Kecam Aksi Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Jusuf Kalla: Semua Agama Tak Ajarkan Hal Seperti Itu
Dia mengatakan junta harus dipotong dari pendanaan, seperti pendapatan minyak dan gas, serta dari akses ke persenjantaan.
"Kata-kata kecaman atau keprihatinan terus terang terdengar hampa bagi rakyat Myanmar," kata Tom.
"Sementara junta militer melakukan pembunuhan massal terhadap mereka," pungkasnya.***
Dia mengatakan junta harus dipotong dari pendanaan, seperti pendapatan minyak dan gas, serta dari akses ke persenjantaan.
"Kata-kata kecaman atau keprihatinan terus terang terdengar hampa bagi rakyat Myanmar," kata Tom.
"Sementara junta militer melakukan pembunuhan massal terhadap mereka," pungkasnya.***