Hasil Studi Jepang: Tingkat Kelembapan Berpengaruh pada Penyebaran Aerosol Covid-19

- 15 Oktober 2020, 07:01 WIB
Masker wajib digunakan saat berada di tempat umum untuk menghindari virus corona.
Masker wajib digunakan saat berada di tempat umum untuk menghindari virus corona. /PIXABAY/Pasja1000

PR TASIKMALAYA - Sebuah superkomputer Jepang menunjukkan bahwa kelembapan dapat berdampak besar pada penyebaran partikel virus.

Hal itu juga menunjukkan pada peningkatan risiko penularan Covid-19 dalam kondisi kering dan dalam ruangan selama beberapa bulan pada musim dingin.

Penemuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan humidifier dapat membantu membatasi infeksi selama ventilasi jendela tidak memungkinkan.

Baca Juga: Pemkab Pati Terima Opini WTP 5 Kali, Bupati: Dulu Sulit Didapatkan

Hal tersebut diungkap lewat sebuah penelitian yang dirilis oleh badan penelitian Riken dan Kobe University pada hari Selasa, 13 Oktober 2020.

Para peneliti menggunakan superkomputer Fugaku untuk memodelkan emisi dan aliran partikel mirip virus dari orang yang terinfeksi di berbagai lingkungan dalam ruangan.

Kelembaban udara yang lebih rendah dari 30% menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah partikel aerosol dibandingkan dengan tingkat 60% atau lebih tinggi, simulasi menunjukkan.

Baca Juga: Bentuk Tekanan pada Tiongkok, AS Berencana Jual Senjata Teknologi Tinggi ke Taiwan

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa pelindung wajah bening tidak seefektif masker dalam mencegah penyebaran aerosol.

Temuan lain menunjukkan bahwa pengunjung lebih berisiko dari orang-orang di samping mereka dibandingkan dengan di seberang meja, dan jumlah penyanyi dalam paduan suara harus dibatasi dan diberi jarak.

Ada konsensus yang berkembang di antara para ahli kesehatan bahwa virus Covid-19 dapat menyebar melalui udara.

Baca Juga: Tekan Angka Kecelakaan, PT KAI Sosialisasikan Keselamatan di Perlintasan Kereta

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merevisi pedomannya bulan ini untuk mengatakan patogen dapat bertahan di udara selama berjam-jam.

Tim peneliti Riken yang dipimpin oleh Makoto Tsubokura sebelumnya telah menggunakan superkomputer Fugaku untuk membuat model kondisi penularan di kereta api, ruang kerja, dan ruang kelas.

Khususnya, simulasi menunjukkan bahwa membuka jendela di kereta komuter dapat meningkatkan ventilasi dua hingga tiga kali lipat, menurunkan konsentrasi mikroba di sekitarnya.

Baca Juga: Waktunya Cek Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Untuk Referensi Makanan hingga Kecantikan

“Ketakutan membabi buta atau kepercayaan yang tidak berdasar terhadap infeksi Covid-19 hanya karena virus itu tidak terlihat,” kata Tsubokura. ***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x