"Kita tidak boleh membiarkan perdebatan tentang booster menyebabkan negara-negara kaya memegang jutaan dosis 'berjaga-jaga'," ungkap dr. Amir Khan dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera pada Kamis 22 Juli 2021.
"Semakin cepat dunia divaksinasi, semakin sedikit risiko varian yang muncul dan semakin cepat kita semua bisa aman dari virus," sambungnya.
Pada tanggal 8 Juli, Pfizer-BioNTech mengumumkan bahwa mereka berencana untuk mengajukan otorisasi darurat untuk dosis booster vaksinnya.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA) merilis pernyataan bersama terkait vaksin Pfizer sebagai booster.
“Orang yang divaksinasi lengkap terlindungi dari penyakit parah dan kematian, termasuk dari varian yang saat ini beredar di negara ini seperti Delta," ungkap pernyataan CDC dan FDA.
Baca Juga: Kalahkan Indonesia, Kota Brisbane Didapuk Jadi Tuan Rumah Olimpiade Tahun 2032
“Orang Amerika yang telah divaksinasi lengkap tidak memerlukan suntikan booster saat ini," sambungnya.
"FDA, CDC, dan NIH (Lembaga Nasional untuk Kesehatan) terlibat dalam proses ketat berbasis sains untuk mempertimbangkan apakah atau kapan booster mungkin diperluka, kami siap untuk dosis booster jika dan ketika sains menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan,” lanjut pernyataan tersebut.
Sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa respons imun dari vaksin COVID-19 yang ada tetap kuat setidaknya selama delapan bulan.