Komnas Perempuan menanggapi pedas ini seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari tanggapan resmi Komnas Perempuan.
"Terkait polemik pernyataan AG, seorang pemuka agama sekaligus tokoh publik yang menggunakan istilah “turun mesin” kepada istrinya," seperti diungkap Bahrul Fuad.
"Komnas Perempuan imbau untuk menghindari kekerasan psikis atau kekerasan verbal/simbolik dan pelecehan seksual kepada perempuan," tambahnya.
Ungkapan turun mesin ini juga bisa dianggap sebagai hinaan atau cemooh pada kaum perempuan.
"Sebagai ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi tubuh perempuan, “turun mesin” merupakan istilah peyoratif, yaitu sikap yang merendahkan, menghina atau mencemooh," tambahnya menjelaskan.
Belum lagi adanya dampak psikis yang dikhawatirkan Komnas Perempuan pada korban.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Pertama Kamu Lihat Gambar ini Akan Ungkap Cinta Masa Lalumu!
Ada trauma mendalam yang mungkin terjadi.
"Mengingat dampak dari kekerasan psikis terhadap perempuan korban sangat mendalam dan menimbulkan trauma psikis terhadap korban yang berkepanjangan," ungkapnya.