Terapkan Pola SIP, Berikut Tips Mengatur Keuangan Bagi Milineal

- 17 Oktober 2020, 06:45 WIB
ILUSTRASI tabungan.*
ILUSTRASI tabungan.* /Pixabay/

PR TASIKMALAYA - Pandemi Covid-19 yang kini memasuki bulan kedelapan, telah membawa dampak yang sangat besar terhadap kondisi ekonomi masyarakat.

Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat terganggunya penghasilan seseorang, menghasilkan kondisi ekonomi domestik dan global yang semakin mengkhawatirkan.

Generasi milenial sebagai salah satu lapisan angkatan kerja atau kaum produktif tentu saja merupakan golongan yang banyak terdampak.

Baca Juga: Bentrokan Kembali Terjadi, Gencatan Senjata Nagorno-Karabakh Menjadi Sulit

Pakar perencanaan keuangan Prita Hapsari Ghozie memaparkan kondisi saat ini memunculkan kekhawatiran di kalangan generasi milenial atau generasi sandwich.

Terutama terhadap keamanan pekerjaan atau job security, serta terhadap masa depan karena masih panjang usia dan harapan hidup.

"Saat ini sebenarnya merupakan peluang untuk meningkatkan produktivitas. Kalau tidak hati-hati masa depan tak dipersiapkan dengan baik maka akan memunculkan beban," kata Prita.

Baca Juga: Sebut Vaksin Covid-19 Tak Berlabel Halal Bisa Digunakan, Ma'ruf Amin: Dengan Penetapan Oleh Lembaga

Terkait hal tersebut, Prita memaparkan sejumlah kiat yang bisa dilakukan generasi milenial untuk mempersiapkan masa depan, terutama terkait bagaimana mengatur keuangan di saat pandemi.

Untuk milenial, pengaturan keuangan sebaiknya fokus ke orang yang memberi penghasilan atau tulang punggung keluarga secara ekonomi. Kemudian orang yang memiliki resiko sakit tinggi seperti orang tua, lalu anggota keluarga yang lain.

"Penghasilan yang diterima akan lebih baik jika dibagi-bagi untuk SIP, 'saving, investment, and protection' (tabungan, investasi dan proteksi)," ujarnya melalui keterangan tertulis.

Baca Juga: Kemnaker Salurkan BLT Subsid Gaji Termin II Mulai Akhir Oktober, Simak Syaratnya

Menurutnya, proteksi keuangan sangat penting bagi generasi milenial terutama untuk perlindungan saat sakit atau hari tua, sehingga perlu direncanakan dari saat masih muda, karena risiko sakit atau gangguan kesehatan dapat muncul kapan saja.

Prita menyarankan generasi milenial banyak memanfaatkan peluang untuk lebih produktif, kalau bisa tidak bergantung pada satu tempat penghasilan.

"Earning power ditingkatkan mumpung masih muda. Penghasilan bisa dibagi-bagi untuk saving, investment dan proteksi," lanjutnya.

Baca Juga: Susun Strategi Penyaluran Vaksin Covid-19,  Berikut 6 Prioritas Kelompok Sasaran Penerima

Sementara itu, Chief Distribution Officer PT Zurich Topas Life Budi Darmawan mengatakan, banyak masyarakat Indonesia yang tidak siap menghadapi pandemi dan keuangannya terganggu karena penyakit atau pendapatan berkurang.

Hal ini terjadi karena kesalahan dalam alokasi penghasilan selama ini, dimana sebagian besar masyarakat menghabiskan 80 persen penghasilannya untuk biaya hidup sehari-hari.

Serta hanya 6 persen untuk asuransi dan investasi, sementara dalam perencanaan keuangan, investasi, dan asuransi disarankan 20 persen dari penghasilan.

Baca Juga: Ungkap Tujuan Cetuskan Omnibus Law, Sofyan Djalil: Luruskan 79 UU yang Saling Bertentangan

Menurut Mercer Marsh Benefit yang melakukan survei biaya kesehatan di seluruh dunia, di Indonesia, setiap tahun rata-rata kenaikan biaya kesehatan mencapai 10-11 persen per tahun.

"Bayangkan biaya kesehatan 10 tahun mendatang, termasuk biaya pengobatan penyakit kritis. Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk memiliki proteksi dari sekarang," ujarnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x