PR TASIKMALAYA - Biasa sebagian orang menganggap kebahagiaan sebagai masalah kesempatan atau keadaan.
Beberapa orang terlahir dengan otak yang bahagia, mereka secara alami terlihat melihat segala sesuatu dengan cara yang ceria.
Yang lainnya diberkati dengan kehidupan yang relatif bebas masalah dan keluarga yang penuh kasih.
Baca Juga: Jangan Salah Pilih Masker! Berikut Rekomendasi Masker yang Baik Menurut Wiku Adisasmito
Namun, sebagian orang yang kurang beruntung dengan kecenderungan murung atau suram dalam hidupnya.
Richard Davidson, pendiri Center for Healthy Minds di University of Wisconsin dan penulis The Emotional Life of Your Brain, melihat hal yang berbeda.
Jika melihat penelitian ilmu saraf terbaru, kebahagiaan bukanlah hadiah dari alam semesta, itu adalah keterampilan dan yang dapat dipelajari.
Baca Juga: Normalisasi Israel Dinilai Akan Kuasai Al Aqsa, Palestina: Masjid Tak Lagi di Bawah Kedaulatan Islam
"Semua pekerjaan yang kami dan kolega lain [lakukan] membawa kami ke kesimpulan seperti ini, pada dasarnya kesejahteraan tidak berbeda dengan belajar bermain cello, jika seseorang mempraktikkan keterampilan kesejahteraan, ia akan menjadi lebih baik dalam hal itu," ucapnya.