PR TASIKMALAYA - Pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang yang memimpin dua orang atau lebih dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat lainnya. Pemimpin, selain harus adil, ia juga harus menjalankan tanggung jawabnya dengan suka rela, jujur, bermartabat, bijaksana, dan penuh kemantapan.
Mendekati era tahun politik, sebagai masyarakat kita diharuskan meraba bakal pemimpin yang sesuai. Keterangan sesuai dalam hal ini mengacu pada pengertian sesuai dengan kepentingan bersama. Seseorang yang bersedia membela kepentingan banyak orang, bukan membela kepentingan pribadi atau kelompoknya semata.
Tidak dipungkiri bahwa banyak kasus ketika rakyat Indonesia sering dibuat kecewa dengan ulah para pemimpin. Hal ini terjadi pada level negara, provinsi, kota, hingga desa. Mundur agak jauh misalnya, pada era orde baru, rakyat Indonesia terkungkung oleh pemimpin yang haus kuasa. Ketika itu rakyat tidak bebas berekspresi dan berpendapat. Hak individu diabaikan. Nilai kemanusiaan direndahkan.
Tahun-tahun berikutnya, rakyat digemparkan oleh pepimpin yang berani menjual asset negara. Sejauh ini, ada saja ulah pemimpin yang tidak sesuai dengan harapan dan bahkan melenceng dari kepentingan umat. Tidak jarang juga, muncul kasus bahwa pemimpin terjerat kasus korupsi, gaya hidup hedon, bertindak semena-mena, bahkan merendahkan martabat dan hingga tidak mengindahkan aspek “manusia” yang melekat.
Lalu bagaimana cara islam memandang kepemimpinan?
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Artinya, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad [38]: 26).