Mengupas Isu Kepemimpinan dalam Perspektif Islam! Arti Pemimpin hingga Tugasnya

6 April 2023, 06:16 WIB
Ilustrasi - Ayat tersebut menjadi dasar bagi siapapun dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang pemimpin yang harus memiliki jiwa keadilan tinggi. /Pexel/Bassamibrahim

 

PR TASIKMALAYA - Pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang yang memimpin dua orang atau lebih dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat lainnya. Pemimpin, selain harus adil, ia juga harus menjalankan tanggung jawabnya dengan suka rela, jujur, bermartabat, bijaksana, dan penuh kemantapan.

Mendekati era tahun politik, sebagai masyarakat kita diharuskan meraba bakal pemimpin yang sesuai. Keterangan sesuai dalam hal ini mengacu pada pengertian sesuai dengan kepentingan bersama. Seseorang yang bersedia membela kepentingan banyak orang, bukan membela kepentingan pribadi atau kelompoknya semata.

Tidak dipungkiri bahwa banyak kasus ketika rakyat Indonesia sering dibuat kecewa dengan ulah para pemimpin. Hal ini terjadi pada level negara, provinsi, kota, hingga desa. Mundur agak jauh misalnya, pada era orde baru, rakyat Indonesia terkungkung oleh pemimpin yang haus kuasa. Ketika itu rakyat tidak bebas berekspresi dan berpendapat. Hak individu diabaikan. Nilai kemanusiaan direndahkan.

Tahun-tahun berikutnya, rakyat digemparkan oleh pepimpin yang berani menjual asset negara. Sejauh ini, ada saja ulah pemimpin yang tidak sesuai dengan harapan dan bahkan melenceng dari kepentingan umat. Tidak jarang juga, muncul kasus bahwa pemimpin terjerat kasus korupsi, gaya hidup hedon, bertindak semena-mena, bahkan merendahkan martabat dan hingga tidak mengindahkan aspek “manusia” yang melekat.

Baca Juga: Persebaya Surabaya Akan Tampil Tanpa Pemain Kunci saat Lawan Persija Jakarta, Begini Komentar Aji Santoso!

Lalu bagaimana cara islam memandang kepemimpinan?

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

Artinya, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad [38]: 26).

Baca Juga: Jelang Pertandingan dengan Persebaya, Thomas Doll Minta Persija Lakukan Ini seperti saat Lawan Persib

Ayat tersebut menjadi dasar bagi siapapun dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang pemimpin. Pemimpin (khalifah), harus memiliki jiwa keadilan yang tinggi.

Pemimpin harus dapat menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Ia harus bijaksana dalam menentukan putusan. Dasar dari tindakannya adalah kepentingan umat, bukan hawa nafsunya sendiri, bukan keangkuhan, bukan pula kekayaan diri, apalagi main enaknya sendiri.

Lebih lanjut, dalam hadits yang sudah sering kita dengar, Rasulullah pernah menyampaikan,

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Artinya, “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari).

Baca Juga: 5 Jajanan Hits dan Legendaris di Tasikmalaya Ini Cocok untuk Takjil, Ada Pisang Mesir hingga Cilok Getek

Hadis tersebut memberi pemahaman pada kita bahwa pada dasarnya setiap individu adalah pemimpin, minimalnya pemimpin untuk diri sendiri.

Segala perilaku, ucapan, dan semua perangainya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Tentu, ia juga harus menerima risiko dari apa yang telah diperbuat.

Sebagai contoh, orang yang tidak berusaha untuk menuntut ilmu, maka ia akan diberi hukuman berupa kebodohan. Kebodohan itu, pada masanya akan berbuah buruk. Betapa banyak manusia yang merugi atas kebodohannya.

Contoh sederhana lainnya adalah seseorang yang tidak membersihkan dirinya, ia akan menerima keadaan kotor yang melekat di badannya. Dalam hal ini, setiap manusia akan mendapatkan akibat dari apa yang ia perbuat, baik kebaikan maupun keburukan.

Baca Juga: Tes IQ: Lihat Perbedaan di Antara 2 Gambar? Temukan dengan Singkat Buktikan Anda Orang Jenius

Selain itu, poin yang dapat kita ambil dari hadis tersebut adalah setiap orang akan bertanggungjawab atas kepemimpinannya terhadap orang lain. Secara gamblang, seorang kepala keluarga akan dimintai pertanggungjawaban atas anggota keluarganya. Hal ini berlaku juga untuk konteks kepemimpinan lainnya dalam ranah apapun.

Sebagai seorang muslim, musti kiranya kita mengindahkan ayat dan hadis di atas. Hal tersebut amat penting untuk diperhatikan. Dengan memahami konsep peminpin dan kepemimpinan, kita akan terhindar dari perilaku tercela, merendahkan orang lain, bersikap semena-mena terhadap bawahan, dan sebagainya.

Hadis tersebut juga mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang harus berlaku adil, minimalnya berlaku adil terhadap diri sendiri.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Tags

Terkini

Terpopuler