PR TASIKMALAYA - Mungkin Anda sudah tidak asing dengan kata ghosting.
Ataukah mungkin Anda menjadi salah satu korban ghosting dari orang yang Anda sukai?
Perilaku ghosting sendiri bisa membuat orang menjadi lebih terpuruk hingga menyalahkan diri sendiri.
Berikut adalah pembahasan ghosting, mulai dari sebab hingga efek yang terjadi pada para korban.
Baca Juga: Tes IQ: Jago Matematika? Hitung Jumlah Kotak yang Tersusun dengan Benar dan Buktikan Kejeniusan Anda
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Massaget, mungkin Anda pernah mengalami salah satu pesan Anda tidak dijawab.
Kemudian satu hingga belasan kali panggilan Anda tidak mendapatkan jawaban.
Seiring waktu komunikasi Anda mulai terputus dan Anda menjadi korban ghosting.
Kata ghosting sendiri menjadi kata baru dalam kosakata modern.
Hal seperti ini memang sering kali terjadi di dalam kehidupan manusia, bahkan sudah sejak lama.
Psikolog baru-baru ini memulai penelitian tentang masalah ghosting.
"Tidak banyak unggahan yang relevan tentang ghosting," ujar Tara Collins, seorang profesor psikologi di Universitas Winthrop di Rock Hill, Carolina Selatan.
Fenomena ghosting merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari dan bisa terjadi kepada siapa saja.
Baca Juga: 5 Kesalahan Wanita saat Melakukan Pendekatan dengan Pria, Berpotensi Bikin Selingkuh!
Menurut survei yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships, seperempat dari 1.300 orang menjadi korban ghosting dan beberapa menggunakan metode ghosting sendiri.
Bahkan ghosting dengan cara yang ramah juga sudah menjadi hal yang biasa.
Akhir dari sebuah hubungan adalah hal yang wajar.
Orang menggunakan strategi yang berbeda untuk melakukan ghosting.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Tempat Mana yang Enggan Kamu Masuki? Ungkap yang Paling Kamu Takuti dalam Hidup
Dengan munculnya teknologi dalam kehidupan kita, mungkin ada perbedaan dari sikap orang.
"Saa pikir orang sudah lama terbiasa mengabaikan satu sama lain. Fenomena ini menjadi jelas dengan munculnya media sosial dan teknologi," ujar Collins.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Research in Personality pada 2012, Collins dan rekannya menganalisis taktik perceraian dan mengklasifikasikan penyebab umum.
Alasan paling umum adalah perjanjian terbuka, diskusi bebas yang terjadi tentang pemutusan hubungan.
Sedangkan strategi lainnya yakni ghosting yang digunakan di tempat kedua.
Selain itu, strategi untuk menyalahkan diri sendiri dan menghilang lalu mengakhiri hubungan dengan mengatakan "Ini bukan salahmu, ini salahku,".
Ada yang mencoba memutuskan hubungan dengan mencampuradukkan orang lain.
Menurut Collins, ghosting adalah kombinasi dari strategi melarikan diri dan mengakhiri hubungan dengan mencampuradukkan orang lain.
Korban ghosting akan menyalahkan diri mereka sendiri.
Mereka yang pergi ke kehidupan ini tidak ingin bersimpati kepada orang lain.
Pada saat yang sama, mereka merasa bahwa tidak perlu bekerja untuk memperbaiki hubungan orang.
Anda juga mencoba untuk menyingkirkan masalah dengan melarikan diri.
Baca Juga: Mesti Dicoba! Ini Cara Tabung Emas untuk Investasi Bermodal Gaji UMR 4 Juta ke Bawah
Meskipun efek ghosting pada tubuh manusia belum sepenuhnya dipelajari, psikolog telah mengamati fenomena pengucilan.
Akibatnya, area otak yang menyebabkan penyakit fisik terpengaruh.
Bahkan ghosting juga bisa menjadi cara tersulit untuk mengakhiri sebuah hubungan.***